Pages

15 Jan 2011

“Pahlawan kecilku “

“Usiamu sungguh belia tapi jiwamu sungguh mulia. Di saat teman-temanmu masih larut dalam selimutnya. Kau harus bangun menjelang subuh, berjibaku membantu ibumu membuat klepon1) dan menyiapkan dagangannya. Lantas menemaninya pergi ke pasar lokal. Berjalan beriringan dengan ibumu sambil menggendong bakul2). Dengan senyum yang slalu tersungging di sana. Penuh dengan ketulusan dan kepolosan. Namun sarat akan keteguhan hidup. Kau tak pernah menyesalinya. Meskipun usiamu baru menginjak 11 tahun“. Dan masih jauh di sebut pemuda. Itu mungkin sedikit kisah tentang “Pahlawan kecilku".

Aku sebut demikian karena bagiku dia lebih dari seorang pahlawan. Dan karena umurnya yg masih sangat belia (kira-kira 11 tahun). Maka kulengkapkan sebutannya sebagai “Pahlawan kecilku”. Dia Lahir dari sebuah keluarga yg sederhana, anak ke3 dari 6 bersaudara, bapakmu bernama Ngadiman. Ibu bernama Narti dan kedua orangtuamu sepakat memberikan nama “Darto” entah apa arti dari sebuah nama tersebut. Tapi yang jelas ada harapan dan doa terselip disana. Rumahnya di sebuah pedesaan yang masih asri di kabupaten bernama Braling. Saya masih ingat betul tempat tinggalnya. Tempat itu sebetulnya tidak terlalu jauh dari Kantor Bupati karena hanya berjarak kira-kira 1,5 Km. Tapi topografi daerah tersebut yang banyak terdapat persawahan dan ladang serta jalan yang masih berbatu. Maka masih di anggap pedesaan. Walaupun sebenarnya raja kecilpun telah bergelar Lurah bukannya Kades3). Darto sangat senang tinggal di sana. Di sebuah rumah semi permanen, dinding rumahnya terbuat dari gedek4). Dengan atap seng di hiasi lubang-lubang kecil karena karat. Ketika hujan turun atap rumah itu menitikan air. Lantainyapun masih alami dari tanah . Tanpa pelur5) apalagi marmer. Tapi di sana tercipta kebahagian yg mungkin tidak semua keluarga merasakannya. Kebahagian sebuah keluarga dalam sebuah kesederhanaan dan sangat jauh dari kemewahan. Tapi kedamaian seolah telah bersatu padu di sana. Sangat jarang kudengar cacian atau kata-kata umpatan terdengar dari rumah itu. Padahal mereka sering sekali punya alasan untuk itu. Dengan anggota keluarga yang berjumlah 8 orang tentunya sangat berpotensi untuk terjadinya pertengkaran diantara sesama penghuni rumah, apalagi selisih umur mereka yang terpaut 2 atau 3 tahun saja. Kalau mereka mau bisa saja si bungsu merengek-rengek minta jajan atau mainan. Atau si sulung dengan egonya memarahi adik-adiknya tanpa alasan yang jelas. Tapi itu tidak mereka lalukan. Mereka terlalu sabar untuk mengatakan kata-kata sia-sia itu. Umpatan atau makian tidak pernah terdengar di sana. Suasana rumah itu begitu damai.

Pagi pukul 06.00 pagi Darto sudah mandi, dengan cekatan bergegas menuju kamar untuk memakai seragam warna merah putih. Tidak lupa sebelum mandi dia telah mencuci piring untuk meringankan pekerjaan orang tuanya. Serta memandikan si bungsu yang berumur 5 tahun. Karena dia tahu orang tuanya terlalu sibuk untuk mengurus ladang atau berjualan di pasar untuk mencukupi semua kebutuhan keluarga. Ketika ayahmu belum berangkat ke ladang engkau selalu menyempatkan berpamitan dengannya sebelum berangkat ke sekolah. Dengan nada lembut dan riang sambil berkata : “ Saya berangkat sekolah dulu ya Pak “ Assalamu’alaikum.. sembari mencium lembut tangan bapakmu. Kemudian sang Ayah menjawab : “wa’alaikum salam ati-ati ya to” Dengan penuh takzim tanganmu melambai kemudian keluar di balik pintu.

Tapi sayangnya hari ini pahlawan kecil ku gak sempat sarapan pagi. Dia cuma bisa minum segelas air putih. Karena hari ini kebetulan berasnya sudah habis. Mesti menunggu ibu pulang dari pasar baru dapur bisa mengepul. Hal itu memang sering sekali terjadi. Maklumlah bapaknya hanya seorang buruh tani sehingga ga ada penghasilan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dan ibunya pun berjualan makanan kecil di pasar untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarga. Tapi semua itu tidak membuatnya patah semangat. Setiap pagi Darto berangkat beramai ramai menyusuri jalan dan pematang sawah untuk pergi menimba ilmu di SDN 1 Braling. Lalu dengan tekun belajar disana, saat ini Darto duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar.  Tanpa sadar dia melamun “Andai ku telah besar nanti aku ingin menjadi Pengusaha” . gumamnya dalam hati. “Teeeng.. teeengg… “ Tiba-tiba lonceng sekolah berbunyi menyadarkan dari lamunanya. Dan waktu menunjukkan pukul 1 siang tanda selesainya pelajaran sekolah hari ini. Dengan tertib pulang sambil bersalaman dengan ibu guru mereka. Kemudian berjalan beramai-ramai bersama teman-temanmu kembali menyusuri pematang sawah. Sesampainya di rumah engkau langsung mengganti baju dan makan siang. Selesai makan dengan penuh kelembutan engkau langsung memeluk adik bungsumu dan menggendongnya. Lantas mengajaknya bermain-main di halaman rumah sembari bercanda dan tertawa. Sampai waktu menjelang sore hari, kira-kira pukul 04.00 sore engkau bersama Ina, Lutfi, dan Eka pergi ke Langgar6) untuk mengaji kepada ibu Mus hingga menjelang magrib. Ketika malam sebelum berangkat tidur kau selalu menyempatkan diri untuk belajar sejenak atau mengerjakan PR dari sekolah dengan diterangi lampu minyak. Karena rumah Darto belum memakai listrik. Setelah selesai engkau langsung menuju kamar untuk tidur dg adik-adikmu yang lain. Berjubel bersama mereka. Tapi ada rasa bahagia disana. Meskipun sebenarnya ranjang itu terlalu sempit. Tapi suasana hangat dan damai sebuah keluarga selalu tercipta di sana.

Itu yang ku tahu dari keseharianmu, sebagai anak berumur 11 tahun.  Bukankah seharusnya kamu masih bebas menikmati usiamu, bermain-main bersama mereka, tertawa, beramai-ramai pergi kelapangan untuk maen “bola”. Tapi itu tidak kamu lakukan pahlawanku. Kau lebih memilih membantu bapakmu di ladang atau membantu ibumu menjaga adikmu. Dan ada senyum bahagia di sana. Walaupun konsekuensinya kau harus rela kehilangan masa kecilmu yang indah. Bahkan kau pun tak pernah mengeluh, apalagi menangis. Padahal sebagai seorang anak kecil, kamu bisa saja merengek kepada ibu atau bapakmu supaya bisa pergi bermain bersama teman yang lain. Tapi itu tidak kamu lakukan. Aku sungguh bangga kepadamu. Pahlawan kecilku.

Daftar istilah :

1)      Klepon : sejenis kue yang terbuat dari tepung beras berbentuk bulat di dalamnya di isi gula merah di taburi parutan kelapa.

2)    Bakul : Keranjang yang terbuat dari anyaman bambu.

3)    Kades : Kepala desa.

4)    Gedek : Dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu.

5)    Pelur : Lantai yang terbuat dari semen dan pasir.

6)    Langgar : Mushola atau masjid berukuran kecil.

Hikmah :

1.       Tidak semua teladan itu dari orang penting ataupun orang terkenal karena anak kecilpun sanggup memberikan teladan.

2.     Kesederhaan mampu membawa kebahagiaan dan kedamaian bukan hanya kemewahan.

3.     Seorang anak yang berbakti pada kedua orang tuanya.

Artikel ini di ikutsertakan pada Kontes Unggulan Cermin Berhikmah di BlogCamp

22 komentar:

dhe_bie mengatakan...

waahh ikutan kontes juga si tyo..
g'd luck yaaa..!! :)

SecR3t Pr4yER mengatakan...

yoi2...
dhe km siih bawa virusnya...
Mksh.. U 2 godluck dhe...

Shohibul K.U.C.B mengatakan...

Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam K.U.C.B
Artikel anda akan segera di catat
Salam hangat dari Markas New BlogCamp di Surabaya

Shohibul K.U.C.B mengatakan...

Link yang anda pasang pada anchor text Cermin Berhikmah salah, silahkan diarahkan ke :
http://newblogcamp.com/kontes/kontes-unggulan-cermin-berhikmah

Terima kasih

ikaru22 mengatakan...

Lagi-lagi saya mendapatkan pelajaran tentang bersyukur terhadap nikmat yg telah diberikan Allah kepada saya. Cerita yang bagus...

Sukses ya... ^_^

SecR3t Pr4yER mengatakan...

@ Shobib KUCB
Mksh bgt u infonya...
Link nya dah tek ganti...
Salam hangat dr q.. :)

SecR3t Pr4yER mengatakan...

@ Riksa 89
Aminn...
Mksh riksa :)
Sukses jg bwt km..

Ora Jelas Asal'e mengatakan...

╔═════════════════════════╗
...║ HADIR MERAMAIKAN STATUS ANDA... ║
╚═════════════════════════╝

SecR3t Pr4yER mengatakan...

Mksh bro..
kunjunganya..
slm knl.. :)

BLACKBOX mengatakan...

cerita yang inspiratif

jumialely mengatakan...

belajar dari teladan seorang anak kecil tak berarti akan merendahkan harga diri kita, karena teladan bisa ada dimana saja. Atas stempel komandan blogcamp JURI datang menilai. terima kasih atas cerita penuh hikmah. salam hangat.

Anonim mengatakan...

amazing,.. yuk belajar menulis cerpen bersama-sama, semoga menang ya mas :D

rakha' mengatakan...

nice post,,,,,salam kenal ya,,,,,tukeran link yuk,,,,,,linknya sudah terpasang,silahkan di cek. terimakasih

SecR3t Pr4yER mengatakan...

>> Fadli.. thx bro.. udah ikutan KUCB lom bro ? klo ikut km pst bakal menang.. :D

>> jumialely.. Mksh bwt kunjungannya... mba

>> auraman... "setujuuu...mari kita budayakan baca n tulis.. biar rame... :D
mksh...

>> rakha >> mksh.. lam knl jg..
yoi.. pst q link.. :)

kang ian dot com mengatakan...

wktu kecil kerjaan saya cuma main hehe
salam sukses y

islam mumtaz mengatakan...

penuh imajinasi... bales link ya .... semoga sukses kontesnya..

SecR3t Pr4yER mengatakan...

Amin...
mksh...
waahh ternyata blog mu bagus kang...
t2p berkarya...
mksh kujungannya..

SecR3t Pr4yER mengatakan...

@ islam mumtaz > Amin... mksh sukses jg bwt mas...

islam mumtaz mengatakan...

SecR3t,, Pr4yER,, mbak atau mas ya? makasih kunjungannya... bagus tuh cerita "pahlawan kecilku" kapan ada cerita pahlawan besarku? hehehe

SecR3t Pr4yER mengatakan...

Waaahh mas "asli" bro... wakakaka :D
thx commentnya... 9 tahun lagi bro.. :)

RIo Saputra mengatakan...

jangan Lihat siapa yang berbicara, tetapi Lihatlah apa yang Dia Katakan..
Anak kecil membawa banyak inspirasi banyak hal,

Terimakasih atas inspirasinya,
Semoga Tulisannya Terpilih menjadi yang terbaik..

SecR3t Pr4yER mengatakan...

Amin..
sama2 Rio...
Semua bisa jd teladan bwt qt...
mksh kunjungannya..

Tanggalan